17 March 2021 (3 years ago) | 2135 Viewers |
Pantai Gading adalah negara penghasil biji kakao terbesar di dunia, yang mampu memproduksi lebih dari 2 juta ton. Bahkan, masyarakat Pantai Gading mengandalkan ekspor kakao untuk 40% dari pendapatan ekspor mereka, yang berarti perekonomian nasional mereka sangat bergantung pada harga kakao. Negara ini terletak di kawasan tropis Afrika Barat, dan berpenduduk lebih dari 26 juta, dimana diperkirakan enam juta bekerja di produksi kakao.
Tetangga Pantai Gading di sebelah timur, Republik Ghana, adalah pengekspor kakao terbesar kedua. Produksi kakao negara menyumbang 30% dari pendapatan ekspornya. Sekitar 800.000 petani Ghana terlibat langsung dalam budidaya kakao.
Indonesia merupakan satu-satunya negara dari lima besar negara penghasil kakao yang tidak berada di Afrika, melainkan berasal dari Asia tenggara. Budidaya kakao di Indonesia adalah industri yang relatif baru. Kakao merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Indonesia juga merupakan negara produsen dan eksportir kakao terbesa ketiga dunia setelah Ghana dan Pantai Gading.
Seperti yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Publikasi Statistik Kakao 2019, sebagian besar perkebunan kakao masih diusahakan oleh perkebunan rakyat yang mencapai 98,85 % dari total luasan areal perkebunan kakao di Indonesia. Sementara untuk 5 besar Provinsi produsen kakao di tahun 2019*, empat diantaranya berasal dari Pulau Sulawesi. Pada tahun 2019* Provinsi Sulawesi Tenggara diperkirakan menjadi produsen biji kakao terbesar Indonesia dengan produksi sekitar 137,74 ribu ton atau 17,79 persen dari total produksi Indonesia. Produksi perkebunan kakao di Indonesia menurut provinsi tahun 2019*. Kemudian diikuti secara berurut oleh Provinsi Sulawesi tengah (16%), Sulawesi Selatan (15%), Sulawesi Barat (9%) dan perwakilan Sumatera oleh Provinsi Sumatera Barat 8%. sisanya 33% terebar dari Provinsi Lainnya Kecuali Provinsi DKI Jakarta.
Sementara jika dilihat dari produktivitas kilogram per hektar nya di tahun 2019*, perkebunan kakao 3 diantaranya adalah dari Sumatera. Secara berurut 5 provinsi dengan produktivitas di tahun 2019 adalah Sumatera Utara (978 kg/ha), Kalimantan Tengah (909 kg/ha), Lampung (889 kg/ha), Sumatera Barat (825 kg/ha) dan Gorontalo (800 kg/ha).
Berkaca dari hal tersebut Sumatera sangat berpeluang dalam mengembangkan perkebunan Kakao, apalagi potensi komoditas ini masih sangat besar mengingat tren konsumsi ketiganya tetap menunjukkan peningkatan di masa pandemi. Disisi lain seperti yang dikutip dari kompas.com, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong peningkatan ekspor produk kopi, teh, dan kakao ke Inggris. Ini sekaligus memanfaatkan peluang usai begara tersebut resmi keluar dari Uni Eropa atau Brexit. Meski demikian, peluang itu dibarengi tantangan yang perlu dihadapi pelaku usaha di Indonesia untuk bisa mengekspor produknya dan terus melakukan improvement kualitas produknya.
Sumber:
Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Kakao Indonesia 2019
www.kompas.com
www.worldatlas.com
www.pertanian.go.id
Dalam beberapa waktu terakhir, kasus penularan infeksi virus monkeypox (Mpox) dilaporkan meningkat di berbagai wilayah. Sebagai pekerja yang aktif di lapangan, khususnya di perkebunan, penting untuk memahami apa itu virus Mpox, bagaimana penyebarannya, dan langkah-langkah pencegahan yang dapat kita ambil. Apa Itu Mpox? Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Monkeypoxvirus (MPXV). Penyakit ini umumnya memiliki gejala ringan yang berlangsung sekitar 2 hingga 4 minggu. Namun, dalam beberapa kasus, Mpox bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, dengan angka kematian (Case Fatality Rate) sebesar 3-6%. Bagaimana Mpox Menular? Penularan virus ini terjadi melalui kontak langsung dengan hewan atau manusia yang terinfeksi, terutama melalui cairan tubuh seperti air liur, keringat, kontak kulit, atau aktivitas seksual. Selain itu, kontak tidak langsung dengan benda-benda yang telah terkontaminasi, seperti handuk, peralatan kerja, atau peralatan ibadah yang digunakan bersama, juga bisa menjadi media penularan. Gejala Umum Mpox Infeksi Mpox umumnya diawali dengan demam, diikuti dengan munculnya lesi pada kulit yang berubah menjadi kemerahan, menonjol, melenting, dan akhirnya pecah menjadi keropeng. Jika mengalami gejala ini, segera lakukan pemeriksaan kesehatan ke fasilitas kesehatan terdekat. Langkah-Langkah Pencegahan Mpox di Perkebunan Untuk meminimalisir risiko penularan, berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat diterapkan di lingkungan kerja: Hindari bepergian ke daerah yang terkena Mpox. Jika harus bepergian ke wilayah tersebut, pastikan mendapatkan izin dari atasan dan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dan setelah perjalanan. Segera lakukan pemeriksaan kesehatan jika Anda atau keluarga mengalami gejala demam disertai lesi kulit setelah kembali dari daerah terdampak Mpox. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS): Gunakan masker yang sesuai standar kesehatan, terutama saat beraktivitas di area padat atau bersama banyak orang. Cuci tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer, terutama setelah menggunakan peralatan kerja bersama. Bawa dan gunakan peralatan pribadi saat beribadah. Lakukan olahraga rutin, konsumsi makanan sehat, dan tambahkan suplemen atau vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh. Hindari kerumunan jika memungkinkan. Jika Anda mengalami demam (suhu tubuh ≥37.5°C) disertai lesi kulit yang kemerahan dan menonjol, jangan memencet atau menggaruk lesi tersebut. Sebaiknya biarkan dan segera periksakan diri ke petugas kesehatan terdekat. Informasi Lebih Lanjut tentang Mpox Untuk mendapatkan informasi terkini mengenai perkembangan kasus Mpox secara global, kunjungi situs resmi WHO (http://www.who.int/). Informasi seputar situasi dan perkembangan kasus di Indonesia bisa diakses melalui situs Kementerian Kesehatan RI (https://infeksiemerging.kemkes.go.id). Penting bagi setiap pekerja untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan di lingkungan kerja, terutama dengan meningkatnya risiko penularan virus. Dengan memahami langkah pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari ancaman Mpox.
Warna merah terjadi karena saat proses penyulingan minyak sawit mentah (CPO), tidak dilanjutkan dengan proses-proses pembuatan minyak goreng pada umumnya. Yakni, tidak sampai pada tahap bleaching atau pemucatan dan deodorisasi. Bagi sebagian orang awam, produk minyak makan merah kurang dikenal. Bahkan, bagi kalangan ibu rumah tangga, produk minyak makan merah bukanlah pilihan utama. Meski hasil olahan kelapa sawit itu sejatinya sudah lama beredar di tanah air, nyatanya masih saja kurang popular dan kalah peminat dari versi lain dari minyak kelapa sawit yang lain, yakni minyak sawit refined, bleached, and deodorized (RBD). Produk jenis tersebut, banyak dijual di supermarket, karena hambar, tidak berbau, dan berwarna kuning muda. Gaung minyak makan murah mengemuka setelah Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Kawasan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN II, di Desa Pagar Merbau II, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara, Kamis (14/3/2024). Fasilitas tersebut diklaim mampu memproduksi 10 ton minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan 7 ton minyak makan merah setiap hari. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia memiliki 15,3 juta hektare kebun kelapa sawit. Sekitar 40,5 persen atau 6,2 juta hektare milik petani. Maka dari itu, dia berharap, kehadiran pabrik percontohan ini dapat memberikan nilai tambah signifikan bagi petani sawit. "Kita ingin nilai tambah itu ada di dalam negeri. Kita bangun pabrik minyak makan merah ini dan kita harapkan ini dapat memberikan nilai tambah bagi para petani sawit, terutama yang sudah dalam bentuk koperasi. Jadi, harga TBS (Tandan Buah Segar) tidak naik," ucap Presiden. Beroperasinya pabrik Pagar Merbau merupakan bagian dari upaya hilirisasi yang gencar dilakukan di tanah air. Yakni, proses peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengolahan menjadi produk jadi. Karena itu, Presiden dalam kesempatan itu, mengajak masyarakat untuk mengonsumsi minyak makan merah dari pabrik tersebut. Tujuannya adalah sebagai langkah mendukung pemasaran produk local dan sekaligus menonsumsi produk berkelanjutan. Warna Merah Minyak merah, merujuk Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor 5 tahun 2023 tentang Tata Kelola Minyak Makan Merah Berbasis Koperasi, merupakan fraksinasi minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil atau CPO) yang digunakan sebagai minyak goreng, bahan baku pangan, ditambahkan pada pangan, dikonsumsi langsung sebagai tambahan asupan zat gizi, atau sebagai fortifikan minyak goreng sawit dan bahan baku nutrasetikal. Minyak sawit merah dibuat dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis). Berasal dari Afrika Barat, pohon ini tumbuh di banyak negara tropis termasuk Indonesia dan Malaysia. Dalam keadaan belum diolah, minyak sawit berwarna merah tua karena mengandung beta karoten, pigmen oranye-merah yang memberi warna khas pada wortel. Sebutan minyak makan merah, itu merujuk dari warna minyak yang kemerahan (terang dan mencolok). Aromanya juga kuat. Kenapa merah? Merujuk rilis Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) melalui tayangan video memasak menggunakan minyak makan merah pada akun Youtube PPKS, warna merah terjadi terkait dengan proses produksi. Saat proses penyulingan minyak sawit mentah (CPO), tidak dilanjutkan dengan proses-proses pembuatan minyak goreng pada umumnya. Yakni, tidak sampai pada tahap bleaching atau pemucatan dan deodorisasi. Saat ini, minyak sawit merah mungkin bukanlah pilihan pertama bagi kebanyakan orang. Warna, rasa dan bau yang menyengat, bisa jadi alasan tidak banyak orang mengonsumsinya. Setidaknya, butuh waktu bagi konsumen untuk membiasakan diri. Lagi pula, produk ini memiliki sejumlah manfaat. Manfaat Minyak Sawit Mengutip webmd.com, situs https://www.astra-agro.co.id/, memaparkan bahwa proses produksi minyak sawit merah yang lebih sederhana, menghilangkan lebih sedikit nutrisi yang terkadung dalam biji maupun kulit sawit. Hal ini menjadikan minyak sawit merah sebagai alternatif yang berpotensi lebih sehat daripada minyak sawit standar. Sejumlah penelitian atas produk ini, berhasil mengindentifikasi pengaruh positif dan potensi risikonya bagi kesehatan konsumen. Minyak sawit merah mengandung 50% asam lemak jenuh, 40% asam lemak tak jenuh, dan 10% asam lemak tak jenuh ganda. Menurut USDA, satu sendok makan (14 gram) minyak sawit merah mengandung 126 kalori, dilansir dari organicfacts.net. Minyak sawit merah juga merupakan salah satu sumber karoten alami terkaya, seperti alfa-karoten, beta-karoten, dan likopen. Beta karoten adalah prekursor vitamin A dan minyak dianggap sebagai sumber vitamin ini. Minyak sawit juga kaya akan sterol dan vitamin E, yang menjadi salah satu alasannya digunakan dalam produk perawatan kulit. Minyak kelapa sawit murni memperoleh banyak minat dari konsumen internasional pada tahun 2013 setelah Dr. Oz, seorang ahli bedah jantung yang beralih menjadi tokoh televisi, mengklaim bahwa minyak tersebut adalah salah satu minyak paling bergizi yang pernah ada. Dipaparkan pula, kandungan antioksidan karotenoid dan tocotrienol membantu memberikan keunggulan yang signifikan atas minyak kelapa. Manfaat bagi Kesehatan Minyak sawit merah merupakan sumber nutrisi dan antioksidan yang baik, tetapi faktor-faktor seperti kandungan lemak dan kolesterol dapat menimbulkan komplikasi bagi sebagian orang. Namun penelitian telah menemukan beberapa manfaat kesehatan potensial dari mengonsumsi minyak sawit merah, yaitu dapat meningkatkan kesehatan jantung. Diketahui, minyak sawit merah dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan jantung. Efek antioksidan dari vitamin E dan karotenoid dalam minyak sawit merah diketahui mampu membantu mencegah aterosklerosis, atau penyempitan pembuluh darah. Lebih banyak penelitian perlu dilakukan untuk mengonfirmasi efek ini, tetapi penelitian saat ini cukup menjanjikan. Minyak itu juga dapat meningkatkan kesehatan otak. Sebab seperti halnya kesehatan jantung, minyak sawit merah juga menawarkan manfaat bagi otak. Vitamin E dalam minyak sawit merah diketahui dapat membantu mengurangi atau menghentikan perkembangan demensia dan penyakit Alzheimer akibat lesi pada otak. Ini karena vitamin E melindungi otak dari radikal bebas yang dapat merusak neuron. Tak hanya itu, minyak sawit merah juga mendukung kesehatan mata. Di mana studi menunjukkan, cukup minyak dalam makanan dapat membantu Anda menyerap vitamin A dan vitamin larut lemak lainnya dengan lebih efektif. Jika Anda memiliki cystic fibrosis atau kondisi lain yang membuat sulit menyerap lemak, menambahkan minyak sawit merah ke dalam makanan dapat secara signifikan meningkatkan kadar vitamin A. Vitamin ini juga penting untuk kesehatan mata, jadi minyak sawit ini juga dapat membantu mengurangi risiko masalah penglihatan. Meski banyak kandungan yang bermanfaat, patut pula dipertimbangkan risiko penggunaan minyak sawit merah dalam masakan. Sebab, minyak ini dapat meningkatkan kadar kolesterol. Jadi meski vitamin E dalam minyak sawit merah dapat meningkatkan kesehatan jantung, aspek lain dari minyak kelapa sawit ini juga dapat menyebabkan masalah jantung. Dibandingkan dengan minyak nabati cair lainnya, minyak sawit merah lebih buruk dalam menurunkan kolesterol, dan bahkan dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL “buruk”. Minyak jenis ini juga memiliki kandungan lemak jenuhnya yang tinggi dibandingkan dengan minyak lainnya. Minyak zaitun, yang sering disebut-sebut mengandung lemak sehat, memiliki jumlah lemak jenuhnya kurang dari setengah jika dibandingkan dengan minyak sawit merah. Lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit, membuat minyak sawit merah dirugikan dibanding dengan minyak nabati lainnya. Sumber: Indonesia.go.id
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menunda melanjutkan program mandatori biodiesel 30 persen (B30) menjadi biodiesel 40 persen (B40) pada tahun ini. Semula Program B40 ini akan diterapkan Juli 2021. Penundaan tersebut terkait dengan tingginya harga CPO dan jatuhnya harga BBM. Berkaca pada program B30 tahun lalu, pemerintah mengakui salah satu tantangan yang dihadapi adalah selisih antara harga solar dan biodiesel yang masih cukup tinggi. Makanya, pemerintah masih mengkaji persiapan teknis untuk penerapan program B40 di Indonesia. Persiapan itu bersamaan dengan pengembangan program B50 hingga B100 yang akan diterapkan di masa mendatang. Menurut Indeks Komoditas Indonesia (IKI) jika program B40 dijalankan, diperkirakan penggunaan biodiesel di dalam negeri akan meningkat mencapai 15,9 juta kiloliter. Penggunaan biodiesel dibawah program B30 diperkirakan mencapai 9,6 juta kiloliter. IKI juga mengatakan bahwa perlu dilihat terlebih dahulu kemampuan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam memberikan insentif untuk B40. Kendati demikian, Kementerian ESDM masih terus melakukan persiapan hal teknis untuk peningkatan program B40, yakni menguji dan meneliti dari kualitas serta spesifikasi biodiesel, persentase kadar air, sampai persentase kontaminan pengotornya.
Hari Sawit Indonesia Hari Sawit Indonesia diperingati setiap 18 November setiap tahunnya. tanggal ini ditetapkan berdasarkan adanya komersialisasi sawit sebagai komoditas penting di Indonesia yang dimulai sejak 18 November 1911. Penanaman sawit secara komersil pertama di Indonesia ada di Pulu Raja. Saat ini masuk dalam wilayah Kabupaten Asahan yang dimiliki PTPN IV yang dulunya disebut PNP/PTP VI. Pada saat bersamaan, tanaman sawit juga dikembangkan di Sungai Liput yang saat ini dipegang oleh perusahaan swasta yakni Socfindo. Jejak sejarah ini menempatkan Sumatera sebagai wilayah perintis perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Hingga kini kebun-kebun tersebut masih ada dan tumbuh produktif. Pada tanggal 18 November 2020 yang lalu bertepatan dengan masih adanya pandemi, Peringatan Hari Sawit Indonesia tahun 2020 yang di motori oleh Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) diadakan secara daring melalui aplikasi Zoom. Acara tersebut bertemakan “Sawit Indonesia untuk Kejayaan Bangsa”. Tentu hal tersebut didukung oleh kenyataan bahwa kelapa sawit telah berkontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Pada acara tersebut Ketua Umum DMSI Derom Bangun mengatakan dalam 8 tahun belakangan ini , selain industri Batu Bara, maka kontributor terbesar yang menopang perekonomian Indonesia adalah Sawit . Industri Sawit ( Perkebunan dan industri hilirnya) menyerap tenaga kerja yang sangat besar dan juga sebagai penyumbang devisa bagi negara yang terbesar , sehingga perlu dijaga eksistensinya. Pada Tahun 2019 saja nilai ekspor kelapa sawit memberikan kontribusi sekitar 20,5 milyar dollar AS dan di tahun 2020 ini diperkirakan besaran nilai ekspor yang sama juga masih akan dapat diraih. Industri sawit dapat menjadi kebanggaan bagi kita semua, meskipun dalam bidang usaha berbisnis sawit, baik oleh para petani smallholders dan juga perusahaan keadaanya masih belum sepenuhnya kondusif. Namun secara keseluruhan sektor kelapa sawit sangat optimis. Produktivitasnya yang mencapai 5 sampai 7 kali dari jenis minyak bijian yang lain akan selalu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dunia akan minyak nabati yang terus meningkat. Jenis-jenis produk yang dihasilkan dalam industri oleokimia pun terus berkembang dan akan masih berkembang lagi sesuai dengan hasil penelitian dan teknologi yang semakin maju. Tantangan mengenai isu lingkungan baik deforestasi begitupun isu pelanggaran HAM memang harus diatasi dan diperbaiki dengan pedoman SDG (Sustainable Development Goals) dari PBB dengan mensukseskan ISPO sebagai standar perkebunan sawit yang ada di Indonesia.