Berita dan Informasi BKS-PPS
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menyerahkan Corporate Social Resposibility (CSR) kepada Museum Perkebunan Indonesia (Musperin) berupa dana sebesar 545.874.946 berlangsung pada hari Selasa 8 September 2020 di Gedung BKSPPS (Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera) lantai 2 yang terletak di simpang Jalan Pemuda dan jalan Palang Merah, Medan. Bantuan diserahkan oleh SEVP Bisnis Support PTPN III Suhendri kepada Direktur Eksekutif Museum Perkebunan Indonesia Dra Sri Hartini M.Si disaksikan secara virtual oleh Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Museum Perkebunan Indonesia Soedjai Kartasasmita, Direktur Holding PTPN Dr. Ir. Mohammad Abdul Ghani, Prof DR Bungaran Saragih (Menteri Pertanian tah 2000-2004), Rusman Eriawan (Wakil Menteri Pertanian 2011-2014), Ir Gamal Naser (Dirjen Perkebunan 2010-2016), Rohan F Mochtar, Sekjen Asosiasi Museum Indonesia Sigit Gunardjo, Ir. Purwadi dari IInstiper Yogyakarta, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Medan serta didampingi oleh Direktur PPKS Ir Edwin Lubis, Dr Hasril Hasan Siregar, Ir Andi Soewignyo (GM Socfindo), Fransiska Ginting (Socfindo) dan Direktur Eksekutif Beranda warisan Sumatera Sri Shindi Indira yang hadir di gedung BKS PPS. Acara penyerahan dana CSR dari PTPN III dirancang dengan kombinasi off line dan on line. Berbagai elemen juga hadir dalam acara ini, baik dari kalangan media, akademisi, penggiat pelestarian Cagar Budaya. Dr Hasril Hasan Siregar sebagai Pembina Yayasan Musperin menyampaikan bahwa dana CSR dari PTPN 3 akan digunakan untuk merenovasi Museum Perkebunan Indonesia 2 yang berada di lantai 1 Gedung BKSPPS, diantaranya untuk menyempurnakan tata pameran tetapnya, membuat fasilitas pendukung berupa café yang sekaligus sebagai ruang serba guna. Dana tersebut juga untuk digunakan untuk perawatan gedung, salah satunya penanggulangan rayap dan perbaikan elemen interior yang sudah rusak, sebab Gedung BKSPPS ini usianya sudah lebih dari 100 tahun Direktur Holding PTPN Dr Ir. M. Abdul Ghani menyampaikan bahwa Gedung BKSPPS merupakan asset perkebunan dan beliau memberikan dukungan sepenuhnya untuk pengembangan Museum Perkebunan Indonesia II yang diinisiasi oleh Soedjai Kartasasmita dan dikelola secara baik selama ini. Beliau berharap kepada Perusahaan Perkebunan lainnya untuk terus membantu perkembangan Musperin dan situs cagar budaya lainnya di kota Medan. Dalam sambutannya SEVP Bisnis Suport PTPN III menyampaikan agar supaya bantuan CSR PTPN III dapat dimanfaatkan secara maksimal dan PTPN III berkomitmen untuk mendukung perkembangan Musperin selanjutnya. Soedjai Kartasasmita selaku pendiri dan Ketua Pembina Musperin dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih kepada Direktur Holding PTPN III yang telah membantu melaui dana CSR. Disampaikan bahwa tinggalan yang amat penting dari BKSPPS adalah arsip Dakstiloskopi yang menangani arsip pekerja kebun di Sumatera dan mungkin satu satunya arsip sejenis di Indonesia. Diharapkan arsip arsip tersebut dapat dilestarikan dengan baik dan diusulkan Ke UNESCO sebagai Memory of The Word Register. Ketua Asosiasi Museum Indonesia yang diwakili oleh Sekjen Sigit Gunardj o, memberikan apresiasi yang tinggi kepada PTPN III yang telah memberikan bantuan dalam pengembangan Musperin 2. Beliau menambahkan program ini dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan museum lainnya di Indonesia. Kemudian yang terakhir, Direktur Eksekutif Beranda Warisan Sumatra (BWS) memberikan sambutan dan apresiasi atas bantuan dan CSR yang dikucurkan oleh PTPN III untuk pengembangan Musperin 2. Beliau menyatakan siap bekerjsama dan membantu dalam proses renovasi dan dokumentasi gedung BKS PPS yang merupakan bangunan cagar budaya berusia lebih dari 100 tahun. Kemudian beliau juga menekankan bahwa pelaksanaan renovasi ini harus mengikuti langkah dan prosedur yang ditetapkan oleh Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar budaya. Semoga dengan pengembangn Musperin 2 kiprahnya semakin meningkat dalam pelayanan kepada masyarakat di kota Medan maupun di Indonesia terutama bagi kelompok muda, sehingga tugas meneruskan nilai-nilai sejarah, budaya bangsa dapat dilakukan.
Di abad ke-19, tembakau asal Deli (Kota Medan) menjadi komoditas dagang paling berharga yang dikuasai Belanda. Tembakau Deli adalah tembakau dengan kualitas sangat bagus, karenanya tembakau Deli disebut sebagai komoditas ekspor utama yang harganya tinggi. Nilai jualnya yang tinggi membuat uang dari perdagangan tembakau saat itu digunakan untuk menghidupkan Kota Medan yang awalnya sepi. Sehingga sekitar tahun 1890-an, terjadi booming Industri Perkebunan Tembakau yang dikelola oleh pemodal asing. Digunakan sebagai pembungkus cerutu, daun tembakau asal Sumatra dinilai setara dengan tembakau Havana dari Cuba, rasanya disuka oleh banyak orang di Benua Eropa. Dulu ketika nama tembakau berjaya, orang-orang banyak yang datang ke Deli untuk mengadu nasib. Beberapa dari mereka bahkan berhasil menjadi pemilik kebun atau pedagang yang sukses di tanah Deli. Sehingga Kota Medan saat itu dikenal sebagai “het dollar land” (Tanah Uang). Namun saat ini, nasib tembakau Deli tengah berada diujung tanduk. Padahal harganya bisa sampai 40-50 euro/kg. Sayangnya masalah ketersediaan lahan dan biaya yang tinggi masih sulit diatasi sehingga Perusahaan Perkebunan Tembakau Deli selalu merugi. Selain itu, para pekerjanya pun mulai banyak yang meninggalkan perkebunan, kebanyakan mereka telah beralih profesi. Ketua Umum BKS-PPS Bapak Soedjai Kartasasmita bercerita dari tahun 2003 sampai 2010 selalu dimintai saran oleh pihak Indonesia maupun Jerman. Setiap tahun diundang ke Bremen untuk hadir dalam lelang Internasional, bahkan sampai bertemu dengan Agus Martowardoyo Menteri Keuangan dan Menteri BUMN Bapak Dahlan Iskan. Sayangnya produksi tembakau Deli tiap tahun makin menyusut padahal dilain sisi permintaan dari pabrik-pabrik cerutu di Eropa tetap tinggi. Beliau juga mengungkapkan bahwa Ia beberapa kali diminta tampil di televisi Jerman. Sampai ikut memberikan jaminan pada Bremer Landes Bank supaya ada kredit yang bisa diglontorkan untuk Perusahaan Perkebunan Tembakau Deli. Menurutnya bisnis cerutu diramalkan akan bertahan sampai 100 tahun lagi. Eropa sudah menutup pasokan Tembakau Deli, kecuali Jerman. Itupun hanya antara 40-50 ha perkebunan Tembakau Deli. Begitupun Bapak Soedjai terus memperjuangkan eksistensi Tembakau Deli, meskipun beliau bukan penghisap cerutu. Hal itu dilakukan karena cintanya pada kekayaan alam Indonesia. Juga karena ada pesan dari Almarhum Sumadi Wiradikarta (pakar tembakau Deli) sebelum beliau meninggal di RSPP mengatakan “Kang, perjuangkan terus ya tembakau Deli!” Pada tahun 2010 dalam RUPS di Bremen diputuskan untuk menghentikan lelang tanpa ada penjelasan tentang apa yang harus dilakukan dengan gedung balai lelang . Gedung sebesar gedung A Kemtan sekarang oleh pemerintah Jerman dijadikan gedung heritage.Lelang tembakau di Bremen itu urainya berkat perjuangan Prof. Ghautama, Prof Mochtar Kusumaatmadja dan Bapak Suyono Martowardojo . Sementara itu para pabrikan cerutu mencari alternatif seperti Mexico Sumatera dan Brazil Sumatera, sekarang tentu ditambah lagi dengan florida Sumatera. Florida Sumatra adalah varietas yang sangat tua yang secara historis tumbuh dibawah naungan dan digunakan untuk membuat daun pembungkus cerutu berkualitas tinggi. Tanaman ini cepat matang dan tumbuh setinggi empat hingga enam kaki. Selamat tiggal tembakau Deli dan selamat datang tembakau Florida Sumatera. “Berita ini memprihatinkan, tembakau Deli asal Sumut hilang dari pasar lalu muncul tembakau Florida Sumatera yang juga dipakai sebagai daun pembungkus cerutu.” kata Soedjai Kartasasmita Tokoh Perkebunan Indonesia yang sudah berusia 94 tahun di salah satu tabloid pertanian. Demikianlah perjalanan panjang salah satu komoditas utama yang berjasa terhadap perekonomian dan perkembangan Khususnya Kota Medan dan Sekitarnya. Dimana tembakau Deli sudah sangat melekat dengan Identitas Sumatera Utara yang bahkan ada pada Logo Lembaga-lembaga seperti Klub Sepak Bola, Universitas dan Pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara. Tembakau Deli telah menjadi bagian dari masyarakat Sumatera Utara.